Kecukupan Gizi dalam Menentukan Status Gizi Di Indonesia
Kekurangan atau kelebihan bahan pangan akan berdampak buruk bagi kesehatan. Terlebih lagi bahan pangan adalah kebutuhan pokok yang diperlukan setiap makhluk hidup setiap hari sebagai sumber energi. Faktor seperti umur, jenis kelamin, berat badan iklimdan aktivitas fisik bergantung pada kebutuhan energi tiap makhluk hidup khususnya manusia. (Almatsier, 2004:296). Setiap manusia memiliki angka kecukupan gizi (AKG) yang berbeda – beda. Seperti halnya sebagai olahragawan pastinya berbeda nutrisinya dengan orang biasa atau pekerja kantoran. Maka dari itu, perlunya menghitung dan mengatur keseimbangan kalori yang masuk dalam tubuh agar tubuh memiliki cukup tenaga dan simpanan agar tetap bugar dan bebas dari penyakit.
Mengatur asupan makanan atau diet sehat diupayakan agar gizi seimbang. Tubuh akan mencerna, mengabsorpsi dan memetabolisme zat zat gizi secara baik apabila sesuai dengan kebutuhan nutrisi tiap manusia tersebut. (Almatsier, 2010:12). Banyak sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral di dalam makanan pokok yang biasa dimakan oleh masyarakat Indonesia. Namun hal ini masih saja tidak dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat Indonesia. Kecukupan energi masyarakat Indonesia rata - rata adalah 2.200 Kkal. Dengan 50-gram protein dalam tingkat masyarakat yang mengkonsumsi. Dan 55-gram protein dengan tingkat tumbuhan yang menyediakan protein tersebut. Sedangkan untuk hidup sehat, seseorang memerlukan angka kecukupan gizi minimal yang disebut nutrition requirement (Nugraini, 2013:45).
Dari hal itu, terdapat Batasan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh yang telah dibuktikan dengan banyaknya penelitian yang dilakukan oleh ahli gizi Indonesia bahkan oleh ahli gizi dunia. Zat gizi berdasarkan jumlah yang terkandung didalamnya dapat dibedakan menjadi 2, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar. Dan zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh manusia dalam jumlah sedikit. (Parhusip, 2011:5). Dalam mengkonsumsi nutrisi, jangan berlebihan. Konsumsi zat gizi makro maupun zat gizi mikro haruslah seimbang. Sehingga tidak terjadi kelebihan nutrisi ataupun kekurangan nutrisi.
Akibat kekurangan gizi, pertumbuhan akan terganggu, kurangnya produksi tenaga sebagai bahan bakar aktivitas sehari hari, imunitas buruk dan menurun, terganggunya struktur dan fungsi otak. (Sidabutar, 2017).Dampak dari kekurangan gizi sangatlah mematikan bagi tubuh, dan bisa mengikis tubuh seseorang secara perlahan.
Dilihat dari akibat kelebihan gizi
adalah obesitas sejak dini. Racun yang akan menumpuk dalam tubuh, dan
menyebabkan lemah nya otot otot akibat tertimbunnya lemak dalam tubuh (Arifin,
2013).
Efek dari kelebihan nutrisi yaitu obesitas sangat mewabah. Terlebih lagi makanan yang memiliki kalori tinggi yang biasanya dari makanan cepat saji terutama makanan yang melalui proses penggorengan yang memiliki banyak kandungan minyak.Namun, masalah umum yang banyak mengancam kesehatan masyarakat adalah obesitas. Gizi yang tidak teratur, pemasukan kalori dan ketidakseimbangan energi dengan jumlah pengeluaran energi. (Savitri, 2018). Masyarakat yang terkena obesitas akan malas melakukan aktivitas karena tubuhnya yang dirasa sangat berat sehingga semakin malas melakukan aktivitas.
Kegunaan Angka kecukupan gizi yaitu untuk menilai kecukupan gizi yang telah dicapai, perencanaan dalam pemberian bahan makanan pengganti, acuan Pendidikan gizi, acuan label pangan dan perencanaan penyediaan pangan (Amelia, 2014). Dari sini, perlu menghitung berapa banyak asupan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. Karena yang mengerti aktivitas yang dilakukan sehari hari adalah diri sendiri. Kalori yang dimakan seharusnya seimbang dengan kalori yang dikeluarkan.
Untuk mengatasi masalah masalah
perbaikan gizi masyarakat Indonesia, pemerintah mengupayakan membuat beberapa
program.
Pemerintah mempunyai program
pembangun kesehatan masyarakat untuk 5 tahun kedepan periode tahun 2010 - 2014.
Dengan sasaran yang ingin dicapai adalah menurunkan angka kematian bayi (AKB)
dan angka kematian ibu (AKI). Hal ini dilakukan karna banyaknya masyarakat yang
malnutrisi. Sehingga banyaknya angka
kematian bayi dan ibu yang menyusui hingga melahirkan. (Tinarbuka, 2010).
Kekurangan gizi pada bayi dan ibu hamil
hingga menyusui sangatlah besar dampaknya. Dampak paling buruk adalah kematian
karna pentingnya nutrisi bagi mereka.
Dalam rangka percepatan perbaikan
nilai gizi masyarakat, pemerintah membuat program 1000 hari pertama kehidupan
yang didasari dalam undang undang nomor 36 tahun 2009 dan peraturan presiden no
42 tahun 2013. (Gizting, 2016).
Percepatan pemberian gizi harus di
utamakan pada usia 1000 hari pertama hingga 2 tahun (Fateta, 2013)
Mungkin dengan adanya program
perbaikan gizi yang dilakukan pemerintah, bisa memperbaiki masalah masalah pada
bayi dan ibu hamil hingga menyusui tersebut sehingga mereka akan lebih sehat
dan lebih meningkat kesejahteraannya.
Memperbaiki surveillance tentang gizi atau survei untuk mengukur tingkat
kualitas gizi masyarakat agar tercakupnya nutrisi seimbang bagi ibu hamil dan
anak anak yang mengalami masalah gizi buruk adalah salah satu program
pemerintah yang mulai digalakkan didaerah daerah terpencil. (Tahir, 2015)
Di daerah terpencil adalah salah satu
masalah yang lebih penting untuk pemerintah karena biasanya masyarakat yang
terpencil kurang dapat perhatian dari pemerintah. Sehingga banyak yang
terlalaikan oleh pemerintah. Mereka berhak untuk hidup dan tinggal di negara
Indonesia. Maka dari itu, mereka juga saudara setanah dan sedarah negara
Indonesia yang patut diperjuangkan.
Pemerintah memiliki banyak kesulitan terutama di bidang relawan dan anggota. Karena jumlahnya yang tidak sebanding dengan banyaknya daerah terpencil di Indonesia. Namun, program program tersebut tidak akan terlaksana jika hanya pemerintah saja yang aktif melakukannya. Butuh komponen masyarakat untuk berpartisipasi untuk meraih tujuan perbaikan gizi di Indonesia agar lebih baik dengan akhir yang bahagia, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia akan semakin meningkat. (Septyani, 2008).
Dari hal ini, sebaiknya semua
komponen masyarakat dan pemerintah sepatutnya bekerja sama gotong royong
membantu memperbaiki keadaan gizi Indonesia yang semakin lama semakin menurun
jika tidak dipelihara dengan baik.
Komentar
Posting Komentar